Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah.Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai.
Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah.
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.
Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih maju/baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yg berkualitas mesti bermodal/berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.
Adanya biaya pendidikan yang mahal, menyulitkan sebagian masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya anak-anak Indonesia yang terancam putus sekolah. Oleh karena itu, sangat lah di perlukan peningkatan dana pendidikan di Indonesia agar dapat membantu masyarakat Indonesia yang kurang mampu melalui program beasiswa, orang tua asuh, dan dapat juga dengan pembebasan biaya pendidikan.
Belajar di kelas itu sebenarnya sungguh menyenangkan. Tapi bagaimana mau senang kalau gurunya tidak “sreg” di mata kita? Itulah namanya belajar di dalam kelas. Semuanya butuh kerja keras. Kalau mau senang-senang yah tinggal pergi ke tempat hiburan.
Dari pengamatan saya selama belajar di dalam kelas ada 5 macam tipe guru diantaranya.
1. Tipe Pengasih Lagi Maha Penyayang
Guru ini selalu memberikan kisi-kisi sebelum berlangsungnya UTS dan US. Kisi-kisinya bukan sembarang kisi-kisi. Kisi-kisi ini hampir 100% akurat persis dengan soal ujian. Sudah pasti yang mempelajari kisi-kisi, ujiannya akan dapat 100.
2. Tipe The Hulk
Nah ini Guru pas menit-menit pertama masuk ngajarnya enak….santai… Tapi setelah 15 menit kemudian dia berubah menjadi MONSTER. Perangainya berubah. Mendadak emosian, marah-marah ke para siswa. Apalagi pas dia lagi asik-asik ngajar ada siswa yang terlambat, maka tamatlah nasib siswa tersebut.
3. Tipe Penjaga Karcis
Sebelum peembelajaran dimulai guru ini terlebih dahulu mengecek tugas siswa minggu kemarin apakah sudah dikerjakan atau belum. Kalau belum mengerjakan tugas siswa tidak boleh masuk. Tugasnyapun aneh-aneh ada yang disuruh merangkum buku yang tebalnya 200 halaman sampai menganalisis kasus yang susahnya minta ampun.
4. Tipe Pendongeng
Sesuai dengan namanya, guru ini di setiap sela-sela pengajarannya selalu mendongengkan para siswa dengan cerita-cerita tentang kehidupannya dan men-sharing segala sesuatu tentang pengalamannya. Kesulitan ekonomi sampai masalah cinta monyet masa kecilpun dia ceritakan. Ketika dia mendongeng, para siswa pada tepar semua.
5. Tipe Motivator
Guru ini selalu mengajarkan kebaikan kepada mahasiswanya untuk tetap bersemangat setiap harinya terutama pada saat pembelajaran. Apabila ada siswa yang cemberut atau kurang bersemangat maka dia dengan segera menceriakan para siswanya. Dia tidak akan mulai mengajar kalau semua siswanya belum merasa “HEPI”. Kadang jam belajar tersebut lebih terasa sebagai ajang curhat.
E-Pendidikan (E-Education)
E-Pendidikan (E-Education) dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan menggunakan teknologi untuk membantu pendidik, pelajar dan masyarakat.
Komputer dan Internet sudah diterima sebagai alat yang penting untuk komunikasi dan bisnis di Indonesia, sehingga sekarang menjadi hal yang penting pula untuk pendidikan Indonesia yang sedang mengalami reformasi maupun Guru Tahun 2007 (lihat survey). Tujuan-tujuan utama homepage ini adalah:
Memberikan kesempatan kepada sekolah dan universitas yang bisa menggunakan Internet untuk memberikan kontribusi dan menggunakan pengetahuan dari pihak lain (sharing).
Memberikan informasi mengenai pengembangan teknologi belajar secara lokal dan global.
Memberi kesempatan kepada pedagang (manufacturers dan suppliers) peralatan untuk mempromosikan produk mereka (dan harga khusus) kepada lingkungan pendidikan.
Membagi informasi kepada banyak sekolah-sekolah yang jauh dari pusat kota maupun pusat pendidikan.
Pernah kehilangan data penting yang tersimpan dalam komputer? Bagi Anda yang sudah lama akrab dengan komputer pasti pernah mengalaminya baik yang disengaja maupun tidak. Bingung, gelisah, pasrah, stress, marah adalah beberapa gambaran perasaan saat itu. Ironisnya, sebagian besar kehilangan data tersebut terjadi akibat dari keteledoran dari si empunya komputer.
Backup adalah pekerjaan yang membosankan tetapi memiliki arti yang sangat penting. Seringkali kita lalai melakukan backup karena lupa dan merasa bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan data.
Untuk itu sangatlah disarankan untuk melakukan backup data secara rutin. Yang dimaksud dengan backup data yaitu suatu proses penyalinan data dan menyimpannya ke dalam media lain yang terpisah dari media aslinya. Penyalinan data bisa dilakukan mingguan, bulanan, tahunan tergantung dari banyaknya input data yang terjadi dalam rentang waktu tersebut.
Media yang digunakan untuk melakukan penyalinan data pun banyak macamnya. Ada yang sifatnya sementara, ada pula yang lebih permanen. Backup tidak mesti menggunakan perangkat yang mahal, backup bisa dilakukan dengan cara yang sederhana dan murah. Beberapa konsep backup adalah sebagai berikut:
1. Backup ke komputer lain
Pengkopian data dilakukan dari harddisk (HD) dari komputer satu ke komputer lainnya. Ini mencegah jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dengan komputer atau HD Anda data masih ada tersimpan di komputer lain.
2. Backup dengan media penyimpanan data.
Backup dengan menggunakan media penyimpanan data perlu memperhatikan keawetan dari media tersebut, sebab tidak ada gunanya melakukan backup data ke dalam media yang rentan juga. Media penyimpanan yang paling disukai antara lain:
• CD/DVD
Media backup yang paling disukai dan praktis saat ini adalah CD dan DVD. Hal ini ditunjang dengan makin murahnya harga drive writer CD/DVD serta keping CD/DVD-nya. Satu keping CD dapat menyimpan data sampai dengan 800MB sedangkan satu keping DVD lapis ganda bisa menyimpan data sampai 9 GB. Namun keping CD/DVD digemari oleh jamur sehingga perlu diperhatikan sekali saat melakukan penyimpanan terutama dalam jangka waktu yang lama.
• USB Flashdisk
UFD saat ini sudah sangat umum digunakan sebagai media backup. Harganya yang sangat terjangkau menjadi nilai lebih dari media ini. Sayangnya akhir akhir ini UFD menjadi media yang sangat mudah rusak sehingga mulai tidak dianjurkan digunakan sebagai media backup tetapi lebih ke media untuk transfer data.
• Harddisk External
Harddisk external mulai disukai sebagai media bakcup akhir akhir ini terutama bagi mereka yang membutuhkan media penyimpanan dengan kapasitas besar. Dengan harga yang makin terjangkau, kapasitas penyimpanan data pun kian hari kian meningkat sampai dengan ratusan GB.
3. Backup super canggih
Backup yang canggih membutuhkan investasi yang tidak sedikit, tapi itu sangat dibutuhkan untuk perusahaan besar seperta Bank, Pabrik Besar, Rumah Sakit, Hotel, Airport dan lainnya. Umumnya semua transaksi terpusat di server.
Ada beberapa level backup yang dilakukan, yaitu:
• Mirroring Harddisk
HD pada server selalu dibuat ganda dengan fungsi yang sama seperti kaca. Jika terdapat kerusakan fisik HD yang A maka dengan instan HD B akan mengambil alih fungsinya.
Konsep ini sangat penting untuk industri yang menggandalkan IT sebagai tulang punggung bisnisnya.
• Server Daily Backup
Pada backup skala besar, backup selalu dilakukan oleh server khusus yang disebut Backup Server yang kerjanya hanya membackup data dari server lainnya. Server ini akan menyimpan backup ini ke media Tape Backup, HD atau NAS (Network Access Storage)
• DRC (Disaster Recovery Center)
Ini merupakan backup yang paling ekstrim, dimana kita membackup data ke tempat lain yang secara geografis berbeda wilayah. Misalnya Bank ABC, juga menyimpan data pentingnya di Singapura atau di Amerika melalui VPN (Virtual Private Network) supaya jika terjadi bencana alam yang bias merusak data, bisa dialihkan ke tempat backup tersebut. Bukan hanya data yang diletakkan di sana tetapi juga aplikasi, sehingga kalau benar-benar terjadi kerusakan kita masih bisa menggambil uang di ATM.
Kalau kita benar-benar tidak mau kehilangan data, maka kita bisa memulai membackup data dengan cara yang paling simpel dan murah. Ingat prinsip 3B “Backup Backup Backup”.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat pesat, menurut catatan www.internetworldstats.com/ saat ini ada satu milyard pengguna internet di dunia. Penetrasi internet di Asia adalah 10%, sedangkan di Amerika mencapai 67%. Indonesia menduduki urutan ke 13 pengguna internet dunia dengan jumlah pengguna internet tahun 2006, sebanyak 18 juta orang. Angka itu mencapai 10 kali lebih besar dibanding lima tahun lalu. Tidak berlebihan apabila ada yang mengatakan bahwa TIK membawa gelombang baru menuju perubahan besar dalam sejarah kebudayaan manusia.
Tinsiri memberi perumpamaan yang sangat baik dalam menghadapi perkembangan TIK. Ia mengatakan, apabila TIK tersebut diibaratkan arus badai, maka setidak-tidaknya ada tiga kemungkinan sikap kita menghadapinya, yaitu mencoba bertahan melawan arus, hanyut terbawa arus, atau memanfaatkan arus. Dalam perumpamaan ini, sikap yang paling tepat adalah yang terakhir, memanfaatkan arus sebagai sumber energi. Demikian pula dalam dunia pendidikan. Arus TIK telah masuk ke dunia pendidikan. Hadirnya TIK di sekolah, di ruang kelas, di rumah, bahkan di kamar tidur siswa, tidak lagi dapat dibendung. Hadirnya TIK bukan lagi sebuah pilihan, kita memilih ataupun tidak, era TIK telah hadir.
TIK mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Pada blue print TIK Depdiknas, stidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan, yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur.
e-learning
Salah satu kosa kata yang muncul dan populer bersamaan dengan hadirnya TIK dalam dunia pembelajaran adalah elearning. Elearning merupakan kependekan dari elektronik learning. Secara generik elearning berarti belajar dengan menggunakan elektronik. Kata elektronik sendiri mengandung pengertian yang spesifik yakni komputer atau internet, sehinga elearning sering diartikan sebagai proses belajar yang menggunakan komputer atau internet.
Sesungguhnya pengertian elearning sendiri mempunyai makna yang sangat luas dan masih dipersepsikan secara berbeda-beda. Pengertian elearning mencakup sebuah garis kontinum dari mulai menambahkan komputer dalam proses belajar sampai dengan pembelajaran berbasis web. Sebuah kelas yang dilengkapi dengan satu unit komputer untuk memutar sebuah CD pembelajaran interaktif, dalam batasan yang minimal telah dapat disebutkan bahwa kelas tersebut telah menerapkan elearning. Namun menurut batasan UNESCO, elearning paling tidak harus didukung oleh sejumlah syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu mencakup; ketersediaan software bahan belajar berbasis TIK, ketersediaan software aplikasi untuk menjalankan pengelolaan proses pembelajaran tersebut, adanya SDM guru dan tenaga penunjang yang menguasai TIK, adanya infrastruktur TIK, adanya akses internet, adanya dukungan training, riset, dukungan daya listrik, serta dukungan kebijakan pendayagunaan TIK untuk pembelajaran. Apabila elemen-elemen tersebut telah tersedia, maka program dan pengelolaan elearning akan dapat dijalankan.
(INTERNET)
Pengertian evaluasi menurut para ahli seperti dikemukakan oleh Kaufman dan Thomas (1980) merupakan proses untuk menaksir kualitas dari apa yang sedang berlangsung. Pada evaluasi menuntut adanya kriteria tertentu untuk menentukan kualitas dari apa yang dievaluasi.
Evaluasi bahan belajar pada dasarnya merupakan suatu proses pengumpulan data untuk menentukan kualitas bahan belajar tersebut. Kaitan dengan bahan belajar berbasis web, yang dimaksud disini adalah bahan belajar yang disajikan melalui internet.
Evaluasi bahan belajar disini apabila ditujukan untuk menentukan keberhasilan atau menilai tentang kelebihan dan kelemahan sesuatu ketika masih dalam tahap pengembangan maka disebut evaluasi formatif. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Scriven (1967), evaluasi formatif diistilahkan sebagai proses revisi atau pengujian pengembangan. Sedangkan apabila ditujukan untuk menentukan keberhasilan suatu program setelah program tersebut telah melalui tahap implementasi untuk menentukan keefektifannya, maka dikenal dengan evaluasi sumatif.
Berkenaan dengan evaluasi bahan belajar berbasis web, kalau tujuannya untuk mengukur kualitas bahan belajar tersebut dalam rangka perbaikan/revisi program berarti evaluasi formatif. Tetapi apabila berkenaan dengan pemanfaatan program itu sendiri, berarti evaluasi sumatif.
Keputusan yang diperoleh dari hasil evaluasi tersebut juga berbeda. Keputusan hasil evaluasi formatif berupa perlunya revisi atau perbaikan pada bahan belajar berbasis web atau tidak. Sedangkan hasil evaluasi sumatif adalah keputusan untuk menggunakan atau tidak bahan belajar berbasis web tersebut.
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Zaman sudah berubah. Semua orang maunya serba cepat. Jadinya, cenderung mengabaikan proses tapi ingin segera mendapat hasil. Apalagi di negara dengan etos kerja rendah seperti Indonesia. Akibatnya, budaya instan mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Hidup di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan dengan mudah, praktis dan cepat. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet. Ingin belanja atau makan di restoran tapi malas keluar, tinggal pesan lewat telepon atau beli lewat situs. Mau transaksi ?transfer uang, bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa? tidak perlu susah-susah ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone. Bagi cewek-cewek yang ingin rambut panjang tidak perlu harus menunggu sampai berbulan-bulan. Cukup tunggu ? jam saja dengan teknik hair extension, rambut bisa panjang sesuai keinginan.
Maklum, orang makin sibuk. Malas direpotkan dengan hal-hal ribet. Maunya serba instan. Salahkah itu?, selama masih mengikuti hukum alam, serba instan itu sah-sah saja. ?Hidup yang baik dan sukses adalah hidup yang sesuai dengan proses alam?. Sampai level tertentu teknologi bisa kita pakai untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai hukum alam. Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman, memungkinkan kita mendapatkan sesuatu serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus tetap terjaga. ?Padi 100 hari baru panen itu bagus?. Tapi ingat itu ada yang bisa dipercepat. Mestinya, hasilnya harus lebih baik. Jadi, cepat, baik dan bermutu harus berlangsung bersama.
Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang enggan bersusah payah. Tak mau melewati proses. Alias malas. Yang penting cepat !. Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil. Proses tidak penting. Parahnya, ?virus? itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara instan. Jadilah, banyak orang korupsi, punya gelar palsu, beli skripsi, ijazah aspal, asal lulus, cepat kaya lewat penggandaan uang dan lain sebagainya. Kalau memang berat, membosankan dan ketinggalan zaman mengapa kita harus bermutu? Kalau ada cara cepat yang memberi hasil, mengapa tidak dicoba?. Lebih lanjut, sekarang ini sudah terjadi pergeseran nilai di masyarakat. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain. Untuk mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.
Sistem Pendidikan yang biasa kita saksikan sehari-hari untuk pendidikan anak-anak kita adalah sistem pendidikan dimana peserta didik/siswa/ mahasiswa setiap harinya datang ke sekolah/kampus untuk memperoleh pelajaran/kuliah dari dosen/guru/pendidik. Sistem pendidikan seperti itu sering disebut dengan sistem pendidikan biasa atau konvensional. Dalam sistem biasa, ketergantungan peserta didik dengan pendidiknya sangatlah kuat. Pendidik dianggap sebagai sumber belajar yang dominan. Dalam hal mengerjakan tugas ataupun menjawab soal-soal ulangan misalnya, peserta didik/mahasiswa cenderung “tidak berani” berseberangan pendapat dengan dosennya/pendidiknya.
Seiring dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman, dunia pendidikan juga mengalami perkembangan. Perkembangan yang dimaksud adalah sebuah pendekatan baru dalam dunia pendidikan yang menerapkan sistem Pendidikan Jarak Jauh (Distance Education). Pendidikan Jarak jauh dianggap sebagai salah satu sistem pemberian layanan pendidikan yang sifatnya innovatif. Ciri khas utamanya adalah adanya keterpisahan antara pendidik dengan peserta didik. Dalam pendidikan jarak jauh peserta didik/siswa/mahasiswa tidak diharuskan setiap harinya datang ke sekolah/kampus untuk bertemu guru/dosen guna mendengarkan pelajaran atau kuliah. Dalam pendidikan jarak jauh kehadiran pendidik dapat diwakili oleh media. Media apa? tentu media pembelajaran, dimana melalui media tersebut, peserta didik dapat mempelajari ataupun keterampilan secara mandiri. Media yang digunakan dalam sistem belajar jarak-jauh (baik yang bersifat cetak maupun non cetak) telah disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari secara mandiri dengan sesedikit mungkin memperoleh bantuan
Saat ini pemerintah melalu Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan layanan pendidikan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Layanan yang menghubungkan lebih 1000 lokasi di seluruh Indonesia ini disebut Jejaring Pendidikan Nasional (JARDIKNAS). Secara umum JARDIKNAS merupakan jaringan VPN (Virtual Private Network) berskala nasional sebagai Jembatan Informasi dan Komunikasi Pendidikan di Indonesia.
Dalam operasionalnya, JARDIKNAS membagi wilayah kerjanya meliputi 4 zona yaitu zona kantor dinas, perguran tinggi, sekolah, guru dan siswa. Masing-masing dari zona tersebut mempunyai fungsi mulai dari transaksi data SIM Pendidikan, riset dan IPTEKS, akses informasi dan e-learning sekolah serta akses informasi dan e-learning personal. Dalam perkembangannya, layanan ini telah mengalokasikan kurang lebih 32.768 ip publik yang tersebar 1104 lokasi di seluruh Indonesia. Pada tiap-tiap titik lokasi sambungan semuanya mempunyai koneksi dengan kisaran bandwidth mulai dari 128 kbps hingga 2 M dengan beragam media transmisi yang digunakan mulai dari kabel tembaga, fiber optik hingga pemanfaatan satelit (VSAT).
Untuk mendukung seluruh aktifitas sebanyak itu, telah disiapkan pusat kendali jaringan (NOC) di 2 kota yaitu Jakarta dan Surabaya yang selanjutnya menghubungkan ke backbone internet ke luar negeri melalui 3 link internasional Singtel, Malaysia dan UUNet USA sehingga koneksi untuk mengakses situs-situs di luar negeri dapat berjalan lancar. Adapun untuk memberikan kemudahan akses ke berbagai situs dalam negeri, layanan JARDIKNAS telah terhubung juga ke OpenIX sehingga dapat menghemat bandwidth yang dipakai tanpa berputar-putar dahulu ke jaringan internasional.
Tak satupun pakar komunikasi ataupun pendidikan yang meragukan akan potensi yang dimiliki televisi jika dimanfaatkan sebagai media pendidikan. Namun sayang kebanyakan kita sebagai orang tua masih belum menyadari hal ini, sehingga kepemilikan pesawat TV yang kini mudah dijumpai hampir di setiap rumah kurang diberdayakan untuk kepentingan tersebut. Anak-anak kita biarkan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menonton tayangan-tayangan televisi yang bersifat hiburan dan sangat sedikit dari para orang tua yang mengarahkan anak-anaknya atau anggota keluarga lainnya untuk menyaksikan tayangan-tayangan televisi yang bersifat mendidik. Padahal sebenarnya banyak tayangan-tayangan televisi yang berisikan materi pendidikan/pembelajaran yang bila kita tonton akan sangat bermanfaat bagi putra-putri kita dalam meningkatkan kualitas hasil pendidikan/pembelajarannya dengan sangat murah. Sebut saja misalnya program-programnya Discovery, National Geography, Sesame Street, Film Kartun Dora, dan Perjalanan Si Bolang untuk anak-anak dan lain-lain yang kini ditayangkan oleh TV-TV swasta. Bahkan Departemen Pendidikan Nasional melalui Pusat teknologi Informasi dan Komunikasi telah merancang, mengembangkan dan memproduksi program-program televisi yang dirancang khusus untuk kepentingan pendidikan/pembelajaran dari tingkat Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Program-program tersebut kini disiarkan melalui sebuah stasiun Televisi Edukasi (TVE) yang dapat diakses dengan menggunakan Parabola atau ditonton melalui stasiun TV lokal. Dengan menyaksikan tayangan program-program televisi tersebut disamping putra-putri kita dapat menyerap materi-materi pendidikan/pembelajaran sebenarnya mereka juga akan terhibur, karena dalam rancangannya mereka selalu memperhatikan faktor hiburan yang sering dikenal dengan program-program edutainment.
Dalam kaitannya dengan potensi televsi sebagai media pendidikan/pembelajaran Brown (1977) berpendapat bahwa televisi mampu memberikan rangsangan, mem-bawa serta, memicu, membangkitkan, mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu, memberikan saran-saran, memberikan warna, mengajar, menghibur, mem-perkuat, menggiatkan, menyampaikan pengaruh dari orang lain, memperkenalkan berbagai identitas atau cirri sesuatu, memberikan contoh, proses internalisasi tingkah laku, berbagai bentuk partisipasi, penyesuaian diri dan lain-lain.
Selain itu, media televisi juga merupakan wahana yang kuat pengaruhnya dalam pembentukan pola fikir, sikap dan tingkah laku disamping menambah pengetahuan dan memperluas wawasan masyarakat (Harjoko, 1994). Ahli lain menambahkan bahwa siaran televisi memiliki daya penetrasi yang sangat kuat terhadap kehidupan manusia sehingga ia mampu merubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dalam rentang waktu yang relatif singkat. Dengan jangkauannya yang begitu luas, siaran televisi memiliki potensi yang luar biasa untuk dimanfaatkan semaksimal bagi kepentingan pendidikan/pembelajaran (Widarto, 1994).
Dari hasil penelitiannya (Dwyer, 1978) melaporkan bahwa 94% materi pendidikan/ pembelajaran diserap peserta oleh didik melalui indera pengilahatan dan pendengaran. Sedangkan 6% sisanya melalui indera pengecap, peraba dan penciuman.